Kamis, 11 November 2010

KEMATIAN IBU


A.   Penyelidikan Kematian Ibu
Kematian ibu adalah kematian perempuan pada saat hamil atau kematian dalam kurun waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya kehamilan atau tempat persalinan, yakni kematian yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan, terjatuh dll (Budi, Utomo. 1985).
1.      Penyebab Kematian Ibu
Penyebab kematian ibu adalah:
1.      Perdarahan:
Yang biasanya tidak bisa diperkirakan dan terjadi secara mendadak, bertanggung-jawab atas 28 % kematian ibu. sebagian besar kasus perdarahan dalam masa nifas terjadi karena retensio plasenta dan atonia uteri. Hal ini mengindikasikan kurang baiknya manejemen tahap ketiga proses kelahiran dan pelayanan emergensi obstetrik dan perawatan neonatal yang tepat waktu.
2.      Eklampsia:
Yaitu gangguan akibat tekanan darah tinggi saat kehamilan yang merupakan penyebab utama kedua kematian ibu, yaitu 13 % kematian ibu di Indonesia (rata-rata dunia adalah 12 %). Pemantauan kehamilan secara teratur sebenarnya dapat menajmin akses terhadap perawatan yang sedehana dan murah yang dapat mencegah kematian ibu karena eklampsia.
3.      Aborsi yang tidak aman
Bertanggung jawab terhadap 11 % kematian ibu di Indonesia (rata-rata dunia adalah 13 %). Kematian ini sebenarnya dapat dicegah jika perempuan mempunyai akses terhadap informasi dan pelayanan kontrasepsi serta perawatan terhadap komplikasi aborsi.

4.      Sepsis
Faktor penting lain penyebab kematian ibu sering terjadi karena kebersihan (hygiene) yang buruk pada saat persalinan atau karena penyakit menular akibat hubungan seks yang tidak diobati. Sepsis ini berkontribusi pada 10 % kematian ibu (rata-rata dunia adalah 15 %). Deteksi dini terhadap infeksi selama kehamilan, persalinan yang bersih, dan perawatan semasa nifas yang benar dapat menanggulangi masalah ini.
5.      Partus lama
Yang berkontribusi bagi 9 % kematian ibu (rata-rata dunia adalah 8 %) sering disebabkan oleh disproposi chepalopelvic, kelainan letak dan gangguan kontraksi uterus.
Penyebab tidak lansung:
1.      Anemia dan penyakit menular:
Resiko kematian ibu dapat diperparah oleh adanya anemia dan penyakit menular seperti malaria, tuberkolosis (TB), hepatitis dan HIV/AIDS. Anemia pada ibu hamil mempunyai dampak kesehatan terhadap ibu dan anak dalam kandungan, meningkatkan resiko keguguran, kelahiran prematur, bayi dengan berat lahir rendah serta sering menyebabkan kematian ibu dan bayi baru lahir.
2.      Kekurangan Energi Kronik (KEK)
3.      Tingkat sosial ekonomi, tingkat pendidikan, faktor budaya, akses terhadap sarana kesehatan dan transportasi
Situasi ini diidentifikasi sebagai “3T” (terlambat):
·         Terlambat deteksi bahaya dini selama kehamilan, persalinan, dan nifas, serta dalam mengambil keputusan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan ibu dan neonatal
·         Terlambat merujuk ke fasilitas kesehatan karena kondisi geografis dan sulitnya transportasi
·         Terlambat mendapat pelayanan kesehatan yang memadai di tempat rujukan

B.   Pencegahan Kematian Ibu
Ada empat strategi utama bagi upaya pencegahan kematian ibu, yaitu:
1.      meningkatkan akses dan cakupan pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas dan cost effective.
2.      membangun kemitraan yang efektif melalui kerja sama lintas program, lintas sektoral, dan mitra lainnya.
3.      mendorong pemberdayaan wanita dan keluarga melalui peningkatan pengetahuan dan perilaku sehat.
4.      mendorong keterlibatan masyarakat dalam menjamin penyediaan dan pemanfaatan pelayanan ibu.

C.   Tindak Lanjut Kematian Ibu
1.      Prioritas Nasional
Menurunkan kesakitan dan kematian ibu telah menjadi salah satu prioritas utama dalam pembangunan sektor kesehatan sebagaimana tercantum dalam Propenas. Kegiatan-kegiatan yang mendukung upaya ini antara lain meningkatkan pelayanan kesehatan reproduksi, meningkatkan pemberantasan penyakit menular dan imunisasi, meningkatkan pelayanan kesehatan dasar dan rujukan, menanggulangi KEK, dan menanggulangi anemia gizi besi pada wanita usia subur dan pada masa kehamilan, melahirkan dan nifas.
2.      Kehamilan Aman
Mengacu pada Indonesia Sehat 2010, telah dicanangkan strategi Making Pregnancy Safer (MPS) atau kehamilan yang aman sebagai kelanjutan dari program Safe Motherhood dengan tujuan untuk mempercepat penurunan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir. MPS terfokus pada pendekatan perencanaan sistematis dan terpadu dalam intervensi klinis dan sistem kesehatan serta penekanan pada kemitraan antar institusi pemerintah, lembaga donor, dan peminjam, swasta, masyarakat dan keluarga. Perhatian khusus diberikan pada penyediaan pelayanan yang memadai dan berkelajutan dengan penekanan pada ketersediaan penolong persalinan terlatih. Aktivitas masyarakat ditekankan pada upaya untuk menjamin bahwa wanita dan bayi baru lahir memperoleh akses terhadap pelayanan
3.      Strategi
Ada 4 strategi utama bagi upaya penurunan kematian ibu, yaitu:
·         Meningkatkan akses dan cakupan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir yang berkualitas dan cost effective.
·         Membangun kemitraan yang efektif melalui kerjasama lintas program, lintas sektor, dan mitra lainnya
·         Mendorong pemberdayaan wanita dan keluarga melalui peningkatan pengetahuan dan perilaku sehat
·         Mendorong keterlibatan masyarakat dalam menjamin penyediaan dan pemanfaatan pelayanan ibu dan bayi baru lahir
4.      Pesan Kunci MPS
Strategi MPS memiliki 3 pesan kunci, yaitu setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan; setiap komplikasi obstetrik dan neonatal mendapatkan pelayanan yang memadai; dan setiap usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran
5.      Konteks lebih luas
Terlepas dari kebijakan dan program dengan fokus pada sektor kesehatan, diperlukan juga penanganan dalam konteks yang lebih luas dimana kematian ibu terjadi. Kematian ibu sering disebabkan oleh berbagai faktor yang kompleks yang menjadi tanggungjawab lebih dari satu sektor. Terdapat korelasi yang jelas antara  pendidikan, penggunaan kontrasepsi, dan persalinan yang aman. Pelayanan kesehatan reproduksi remaja harus ditangani dengan benar mengingat besarnya masalah. Selain itu, isu gender dan hak-hak reproduksi baik untuk laki-laki maupun perempuan perlu terus ditekankan dan dipromosikan pada semua level



 Lia Lestari Siahaan
NIM. E2A009066
Reguler1



Tidak ada komentar:

Posting Komentar