Jumat, 10 Desember 2010

Kejadian Luar Biasa (KLB)/Wabah



1. Kriteria suatu Kejadian Penyakit dikatakan wabah/KLB

Kejadian Luar Biasa adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis dalam kurun waktu dan daerah tertentu (Depkes, 2000).
Suatu penyakit atau keracunan dapat dikatakan KLB apabila memenuhi kriteria sebagai berikut :
  1. Timbulnya suatu penyakit/penyakit menular yang sebelumnya tidak ada/tidak dikenal.
  2. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun waktu berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun).
  3. Peningkatan kejadian penyakit/kematian, dua kali atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya (hari, minggu, bulan, tahun).
  4. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya.
  5. Angka rata-rata per bulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata per bulan dari tahun sebelumnya.
  6. Case Fatality Rate (CFR) dari suatu penyakit dalam suatu kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikan 50% atau lebih dibanding dengan CFR dari periode sebelumnya.
  7. Propotional rate (PR) penderita baru dari suatu periode tertentu menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibanding periode yang sama dan kurun waktu atau tahun sebelumnya.
  8. Beberapa penyakit khusus : kolera, DHF/DSS
    a. Setiap peningkatan kasus dari periode sebelumnya (pada daerah endemis).
    b. Terdapat satu atau lebih penderita baru dimana pada periode 4 minggu sebelumnya daerah tersebut dinyatakan bebas dari penyakit yang bersangkutan.
  9. Beberapa penyakit yang dialami 1 atau lebih penderita :
    a) Keracunan makanan
    b) Keracunan pestisida




2. Herd Immunity
Kekebalan Kelompok (Herd Immunity) adalah tingkat kemampuan atau daya tahan suatu kelompok penduduk tertentu terhadap serangan atau penyebaran unsur penyebab penyakit menular tertentu berdasarkan tingkat kekebalan sejumlah tertentu anggota kelompok tersebut. Herd Immunity merupakan faktor utama dalam proses kejadian wabah di masyarakat serta kelangsungan penyakit pada suatu kelompok penduduk tertentu
Wabah terjadi karena 2 keadaan :
· Keadaan kekebalan populasi yakni suatu wabah besar dapat terjadi jika agent penyakit infeksi masuk ke dalam suatu populasi yang tidak pernah terpapar oleh agen tersebut atau kemasukan suatu agen penyakit menular yang sudah lama absen dalam populasi tersebut.
· Bila suatu populasi tertutup seperti asrama, barak dimana keadaan sangat tertutup dan mudah terjadi kontak langsung, masuknya sejumlah orang-orang yang peka terhadap penyakit tertentu dalam populasi tsb. Ex: Asrama mahasiswa/tentara

    3. Apa yang seharusnya dilakukan agar fenomena wabah/KLB dapat dicegah
a. Menghindarkan orang dari paparan penyakit
b. Melaksanakan pemberdayaan pengendalian penyakit menular
c. Meningkatkan sanitasi lingkungan perorangan agar tidak terpapar penyakit
d. Menyusun profil penyakit menular dan factor risiko yang ada sehingga dapat menyingkirkan dan mengendalikan sumber kontaminasinya

Selain itu juga bisa dengan upaya pencegahan sebagai berikut :
a. Pencegahan Primordial
Pencegahan ini dengan tujuan untuk menghindari kemunculan dari adanya factor risiko. Pencegahan primordial yang efektif memerlukan adanya peraturan yang tegas dari yang berwenang untuk tidak memerlukan hal-hal yang akan menjadikan factor risiko bagi timbulnya penyakit tertentu.
b. Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention)
Sasaran pencegahan tingkat pertama dapat ditujukan pada factor penyebab, lingkungan serta pejamu. Sasaran yang ditujukan pada factor penyebab yang bertujuan untuk mengurangi atau menurunkan pengaruh penyebab serendah mungkin dengan usaha antara lain: desinfeksi, pasteurisasi, sterilisasi, penyemprotan insektisida dalam rangka menurunkan dan meghilangkan sumber penularan.
c. Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention)
Usaha tingkat kedua ini meliputi diagnosis dini dan pengobatan yang tepat agar dapat dicegah meluasnya penyakit atau untuk mencegah timbulnya wabah, serta untuk mencegah proses penyakit lebih lanjut serta mencegah terjadinya akibat samping atau komplikasi.
d. Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary Prevention)
Mencegah jangan sampai mengalami cacat atau kelainan permanen, mencegah bertambah parahnya suatu penyakit atau mencegah kematian akibat penyakit tertentu. Pada tingkat ini juga dilakukan usaha rehabilitasi.


Lia Lestari Siahaan
NIM.E2A009066
Reguler 1

Kamis, 11 November 2010

LAHIR MATI (STILL BITRH)


A.    Penyelidikan Lahir Mati
Lahir mati adalah kelahiran bayi yang cukup masanya pada waktu keluar dari rahim tanpa  ada tanda-tanda kehidupan. Kelahiran mati terjadi ketika bayi meninggal setelah 20 minggu kehamilan. Hal ini terkait dengan keguguran, yang merupakan kematian janin sebelum 20 minggu kehamilan. Juga dikenal sebagai kematian janin, lahir mati dapat terjadi dalam rahim (intrauterine kematian) atau di dalam jalan lahir, selama persalinan dan persalinan (intra-partum kematian). Kelahiran mati sering terjadi tanpa diduga dan dapat terjadi di kedua kehamilan sehat dan kehamilan yang rumit dengan masalah kesehatan lainnya.
1.      Penyebab 
Kemungkinan penyebab dapat termasuk:
1. Masalah plasenta:
Plasenta berfungsi sebagai sumber utama makanan bayi dari dalam rahim. Kadang-kadang, plasenta dapat mengupas jauh dari rahim sebelum kelahiran, merampas bayi oksigen dan nutrisi penting untuk kelangsungan hidupnya. Dikenal sebagai plasenta, kondisi ini diyakini bertanggung jawab untuk sampai 16% dari kematian bayi saat dilahirkan.
2.  Lahir Cacat:
Kadang-kadang janin diciptakan dengan kromosom rusak, sehingga menimbulkan masalah dalam kode genetik bayi. Hal ini dapat menyebabkan sejumlah cacat lahir yang serius, yang membuat mustahil bagi bayi untuk bertahan hidup untuk jangka panjang. Sekitar 5% sampai 10% dari kematian bayi saat dilahirkan adalah hasil dari cacat lahir seperti genetik. Kelahiran cacat juga dapat hasil dari racun lingkungan, seperti paparan kimia atau merokok
3.  Infeksi:
Beberapa wanita mengalami infeksi yang berbahaya bagi bayi selama kehamilan. Infeksi bakteri, seperti toksoplasmosis, listeria, dan rubella, dapat menyebabkan masalah kesehatan serius dalam bayi. PMS, seperti sifilis, juga dapat bertanggung jawab untuk saat dilahirkan.
Beberapa kondisi kesehatan ibu bisa menjadi penyebab kematian intra-partum dan intrauterin. Wanita dengan diabetes dan preeklamsia akan meningkatkan risiko karena bayi lahir mati. Wanita dengan penyakit hati ibu (cholecstasis kebidanan) juga berisiko karena sebuah kelahiran mati. Bahkan, 5% dari semua bayi lahir mati dapat dikaitkan dengan penyakit ini.
4.Lahir Trauma:
Bayi kadang-kadang menderita trauma selama pengiriman yang mengarah pada kelahiran mati. Bayi bisa mendapatkan tali pusar mereka melilit leher mereka, menyebabkan sesak napas. Beberapa bayi menderita distosia bahu (bahu terkilir) saat melahirkan, yang kadang-kadang dapat menyebabkan kelahiran mati.
B.     Pencegahan Lahir Mati
Berkat peningkatan pengetahuan dan pengobatan yang lebih baik kondisi ibu, jumlah kematian bayi saat dilahirkan terjadi setiap tahun menurun dengan cepat. Untuk membantu mengurangi risiko Anda mengalami kelahiran mati lebih jauh, berikut adalah beberapa langkah yang dapat Anda ambil:
·         Menghadiri Pertemuan Rutin Prenatal:
Sangat penting untuk menghadiri pertemuan rutin prenatal selama kehamilan Anda. Selama janji, pengasuh Anda akan memeriksa untuk memastikan bayi Anda berkembang dengan baik dan bahwa plasenta Anda sehat dan ukuran normal. janji prenatal secara teratur juga dapat membantu untuk mengidentifikasi masalah kesehatan tambahan sejak dini.
·         Monitor Baby's Mutasi:
Setelah minggu 26 kehamilan, dianjurkan bahwa semua wanita hamil memantau pergerakan bayi mereka. Menghitung jumlah tendangan yang membuat bayi Anda setiap hari. Jika bayi Anda menendang kurang dari sepuluh kali sehari, atau tampaknya normal tenang, hubungi penyedia layanan kesehatan Anda.
·         Hindari Infeksi:
infeksi banyak bertanggung jawab atas kelahiran mati bisa dicegah selama kehamilan. Hindari penanganan sampah kucing, karena ada beberapa masalah kesehatan kucing, selama kehamilan, dan tidak makan makanan mentah atau tidak benar matang. Dapatkan diuji untuk PMS, termasuk klamidia, gonore, dan sifilis, pada awal kehamilan.
·         Laporan Nyeri atau Pendarahan:
Monitor diri sendiri untuk setiap perdarahan abnormal atau rasa sakit selama kehamilan Anda. Melaporkan gejala-gejala tersebut, tidak peduli seberapa kecil, untuk perawatan kesehatan profesional Anda.





Lia Lestari Siahaan
NIM.E2A009066
Reguler1
Fak. Kesehatan Masyarakat

KEMATIAN IBU


A.   Penyelidikan Kematian Ibu
Kematian ibu adalah kematian perempuan pada saat hamil atau kematian dalam kurun waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya kehamilan atau tempat persalinan, yakni kematian yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan, terjatuh dll (Budi, Utomo. 1985).
1.      Penyebab Kematian Ibu
Penyebab kematian ibu adalah:
1.      Perdarahan:
Yang biasanya tidak bisa diperkirakan dan terjadi secara mendadak, bertanggung-jawab atas 28 % kematian ibu. sebagian besar kasus perdarahan dalam masa nifas terjadi karena retensio plasenta dan atonia uteri. Hal ini mengindikasikan kurang baiknya manejemen tahap ketiga proses kelahiran dan pelayanan emergensi obstetrik dan perawatan neonatal yang tepat waktu.
2.      Eklampsia:
Yaitu gangguan akibat tekanan darah tinggi saat kehamilan yang merupakan penyebab utama kedua kematian ibu, yaitu 13 % kematian ibu di Indonesia (rata-rata dunia adalah 12 %). Pemantauan kehamilan secara teratur sebenarnya dapat menajmin akses terhadap perawatan yang sedehana dan murah yang dapat mencegah kematian ibu karena eklampsia.
3.      Aborsi yang tidak aman
Bertanggung jawab terhadap 11 % kematian ibu di Indonesia (rata-rata dunia adalah 13 %). Kematian ini sebenarnya dapat dicegah jika perempuan mempunyai akses terhadap informasi dan pelayanan kontrasepsi serta perawatan terhadap komplikasi aborsi.

4.      Sepsis
Faktor penting lain penyebab kematian ibu sering terjadi karena kebersihan (hygiene) yang buruk pada saat persalinan atau karena penyakit menular akibat hubungan seks yang tidak diobati. Sepsis ini berkontribusi pada 10 % kematian ibu (rata-rata dunia adalah 15 %). Deteksi dini terhadap infeksi selama kehamilan, persalinan yang bersih, dan perawatan semasa nifas yang benar dapat menanggulangi masalah ini.
5.      Partus lama
Yang berkontribusi bagi 9 % kematian ibu (rata-rata dunia adalah 8 %) sering disebabkan oleh disproposi chepalopelvic, kelainan letak dan gangguan kontraksi uterus.
Penyebab tidak lansung:
1.      Anemia dan penyakit menular:
Resiko kematian ibu dapat diperparah oleh adanya anemia dan penyakit menular seperti malaria, tuberkolosis (TB), hepatitis dan HIV/AIDS. Anemia pada ibu hamil mempunyai dampak kesehatan terhadap ibu dan anak dalam kandungan, meningkatkan resiko keguguran, kelahiran prematur, bayi dengan berat lahir rendah serta sering menyebabkan kematian ibu dan bayi baru lahir.
2.      Kekurangan Energi Kronik (KEK)
3.      Tingkat sosial ekonomi, tingkat pendidikan, faktor budaya, akses terhadap sarana kesehatan dan transportasi
Situasi ini diidentifikasi sebagai “3T” (terlambat):
·         Terlambat deteksi bahaya dini selama kehamilan, persalinan, dan nifas, serta dalam mengambil keputusan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan ibu dan neonatal
·         Terlambat merujuk ke fasilitas kesehatan karena kondisi geografis dan sulitnya transportasi
·         Terlambat mendapat pelayanan kesehatan yang memadai di tempat rujukan

B.   Pencegahan Kematian Ibu
Ada empat strategi utama bagi upaya pencegahan kematian ibu, yaitu:
1.      meningkatkan akses dan cakupan pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas dan cost effective.
2.      membangun kemitraan yang efektif melalui kerja sama lintas program, lintas sektoral, dan mitra lainnya.
3.      mendorong pemberdayaan wanita dan keluarga melalui peningkatan pengetahuan dan perilaku sehat.
4.      mendorong keterlibatan masyarakat dalam menjamin penyediaan dan pemanfaatan pelayanan ibu.

C.   Tindak Lanjut Kematian Ibu
1.      Prioritas Nasional
Menurunkan kesakitan dan kematian ibu telah menjadi salah satu prioritas utama dalam pembangunan sektor kesehatan sebagaimana tercantum dalam Propenas. Kegiatan-kegiatan yang mendukung upaya ini antara lain meningkatkan pelayanan kesehatan reproduksi, meningkatkan pemberantasan penyakit menular dan imunisasi, meningkatkan pelayanan kesehatan dasar dan rujukan, menanggulangi KEK, dan menanggulangi anemia gizi besi pada wanita usia subur dan pada masa kehamilan, melahirkan dan nifas.
2.      Kehamilan Aman
Mengacu pada Indonesia Sehat 2010, telah dicanangkan strategi Making Pregnancy Safer (MPS) atau kehamilan yang aman sebagai kelanjutan dari program Safe Motherhood dengan tujuan untuk mempercepat penurunan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir. MPS terfokus pada pendekatan perencanaan sistematis dan terpadu dalam intervensi klinis dan sistem kesehatan serta penekanan pada kemitraan antar institusi pemerintah, lembaga donor, dan peminjam, swasta, masyarakat dan keluarga. Perhatian khusus diberikan pada penyediaan pelayanan yang memadai dan berkelajutan dengan penekanan pada ketersediaan penolong persalinan terlatih. Aktivitas masyarakat ditekankan pada upaya untuk menjamin bahwa wanita dan bayi baru lahir memperoleh akses terhadap pelayanan
3.      Strategi
Ada 4 strategi utama bagi upaya penurunan kematian ibu, yaitu:
·         Meningkatkan akses dan cakupan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir yang berkualitas dan cost effective.
·         Membangun kemitraan yang efektif melalui kerjasama lintas program, lintas sektor, dan mitra lainnya
·         Mendorong pemberdayaan wanita dan keluarga melalui peningkatan pengetahuan dan perilaku sehat
·         Mendorong keterlibatan masyarakat dalam menjamin penyediaan dan pemanfaatan pelayanan ibu dan bayi baru lahir
4.      Pesan Kunci MPS
Strategi MPS memiliki 3 pesan kunci, yaitu setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan; setiap komplikasi obstetrik dan neonatal mendapatkan pelayanan yang memadai; dan setiap usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran
5.      Konteks lebih luas
Terlepas dari kebijakan dan program dengan fokus pada sektor kesehatan, diperlukan juga penanganan dalam konteks yang lebih luas dimana kematian ibu terjadi. Kematian ibu sering disebabkan oleh berbagai faktor yang kompleks yang menjadi tanggungjawab lebih dari satu sektor. Terdapat korelasi yang jelas antara  pendidikan, penggunaan kontrasepsi, dan persalinan yang aman. Pelayanan kesehatan reproduksi remaja harus ditangani dengan benar mengingat besarnya masalah. Selain itu, isu gender dan hak-hak reproduksi baik untuk laki-laki maupun perempuan perlu terus ditekankan dan dipromosikan pada semua level



 Lia Lestari Siahaan
NIM. E2A009066
Reguler1



CAMPAK


A.    Penyelidikan Penyakit Campak
Campak dikenal dengan nama morbili atau morbilia dan rubeola (bahasa Latin), yang kemudian dalam bahasa Jerman disebut dengan nama masern, dalam bahasa Islandia dikenal dengan nama mislingar dan measles dalam bahasa Inggris. Campak adalah penyakit infeksi yang sangat menular yang disebabkan oleh virus, dengan gejala-gejala eksantem akut, demam kadang kataral selaput lendir dan saluran pernapasan, gejala-gejala mata, kemudian diikuti erupsi makulopapula yang berwarna merah dan diakhiri dengan deskuamasi dari kulit.
1.      Gejala Klinis
Penyakit campak terdiri dari 3 stadium, yaitu:
·         Stadium Kataral (prodormal)
Biasanya stadium ini berlangsung selama 4-5 hari dengan gejala demam, malaise, batuk, fotofobia, konjungtivitas dan koriza. Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul eksantema, timbul bercak Koplik. Bercak Koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum timbul pertama kali pada mukosa bukal yang menghadap gigi moral dan menjelang kira-kira hari ke 3 atau 4 dari masa prodormal dapat meluas sampai seluruh mukosa mulut. Secara klinis, gambaran penyakit menyerupai influenza dan sering didiagnosis sebagai influenza.
·         Stadium Erupsi
Staduim ini berlangsung selama 4-7 hari. Gejala yang biasanya terjadi adalah koriza dan batuk-batuk bertambah. Timbul eksantema di palatum durum dan palatum mole. Kadang terlihat pula Bercak Koplik. Terjadinya ruam atau eritema yang berbentuk makula-papula disertai naiknya suhu badan. Mula-mula eritema timbul di belakang telinga, di bagian atas tengkuk sepanjang rambut dan bagian belakang bawah. Kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit. Rasa gatal, muka bengkak. Ruam kemudian akan menyebar ke dada dan abdomen dan akhirnya mencapai anggota bagian bawah pada hari ketiga dan akan menghilang dengan urutan seperti terjadinya yang berakhir dalam 2-3 hari.
·         Stadium Konvalesensi
Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua (hiperpegmentasi) yang lama-kelamaan akan menghilang sendiri. Selain hiperpegmentasi pada anak Indonesia sering ditemukan pada kulit bersisik. Selanjutnya suhu menurun sampai menjadi normal kecuali bila ada komplikasi
2.      Penularan Campak
Campak ditularkan melalui penyebaran droplet, kontak langsung, melalui sekret hidung atau tenggorokan dari orang yang terinfeksi. Masa penularan berlangsung mulai dari hari pertama munculnya gejala prodormal biasanya sekitar 4 hari sebelum timbulnya ruam, minimal hari kedua timbulnya ruam.
B.     Pencegahan Penyakit Campak
1.      Pencegahan Tingkat Awal (Priemordial Preventation)
Pencegahan tingkat awal berhubungan dengan keadaan penyakit yang masih dalam tahap prepatogenesisatau penyakit yang belum tampak yang dapat dilakukan dengan memantapkan status kesehatan balita dengan memberikan makanan bergizi sehingga dapat meningkatkan daya tahan tubuh.
2.      Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Perventation)
Pencegahan tingkat pertama ini merupakan upaya untuk mencegah seseorang terkena penyakit campak, yaitu:
a.       Memberi penyuluhan kepada masyarakat mengenai pentingnya pelaksanaan imunisasi campak untuk semua bayi
b.      Imnunisasi dengan virus campak hidup yang dilemahkan, yang diberikan pada semua anak berumur 9 bulan sangat dianjurkan karena dapat melindungi sampai jangka waktu 4-5 tahun
3.      Pencegahan Tingkat Dua (Secondary Preventation)
Pencegahan tingkat kedua ditujukan untuk mendeteksi penyakit sedini mungkin untuk mendapatkan pengobatan yang tepat. Dengan demikian, pencegahan ini sekurang-kurangnya dapat menghambat atau memperlambat progrefisitas penyakit, mencegah komplikasi dan membatasi kemungkinan kecacatan, yaitu:
a.       Menentukan diagnosis campak dengan benar  baik melalui pemeriksaan fisik atau darah
b.      Mencegah perluasan infeksi
Anak yang menderita campak jangan masuk sekolah selama 4 hari setelah timbulnya rash. Menempatkan anak pada ruang khusus atau mempertahankan isolasi di rumah sakit dengan melakukan pemisahan penderita pada stadium kataral yakni dari hari pertama hingga hari keempat setelah timbulnya rash yang dapat mengurangi keterpajanan pasien-pasien dengan resiko tinggi lainnya.
c.       Pengobatan simtomatik diberikan untuk mengurangi keluhan penderita yakni antipiretik untuk menurunkan panas dan juga obat batuk. Antibiotika hanya diberikan bila terjadi infeksi sekunder untuk mencegah komplikasi
d.      Diet dengan gizi tinggi kalori dan tinggi protein bertujuan untuk meningkatkan daya tahan tubuh penderita sehingga dapat mengurangi terjadinya komplikasi campak yakni bronkhitis, otitis media, pneumonia, enselefalomieletis, abortus dan miokarditis yang resivebel
4.      Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary Preventation)
Pencegahan tingkat ketiga bertujuan untuk mencegah terjadinya komplikasi dan kematian. Adapun tindakan-tindakan yang dilakukan pada pencegahan tertier, yaitu:
a.       Penangan akibat lanjutan dari komplikasi campak
b.      Pemberian vitamin A dosis tinggi karena cadangan vitamin A akan turun secara cepar terutama pada anak kurang gizi yang akan menurunkan imunitas mereka
C.    Tindak Lanjut Penyakit Campak
Tidak ada pengobatan khusus untuk penyakit campak, yang dapat dilakukan antara lain:
1. Tinggal dirumah sampai penyakit tidak menular lagi
2.      Istirahat dan minum banyak cairan
3. Minum obat anti demam
4. Minum obat batuk
5. Periksa dokter, bila menderita sakit telinga, keluar cairan dari telinga, demam terus-menerus, kejang-kejang atau mengantuk
6. melakukan tirah baring
7. jika terjadi infeksi bakteri, maka baiknya diberikan antibiotik
8. untuk menurunkan demam, diberikan asetaminofen atau ibuprofen



 Lia Lestari Siahaan
NIM.E2A009066
Reguler1
 







TUBERCULOSIS PARU


A.    Penyelidikan Penyakit TB Paru
Tuberculosis paru adalah tuberculosis yang menyerang jaringan paru, tidak termasuk pleura (selaput paru)
Berdasarkan pemeriksaan dahak, TB Paru dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Tuberkulosis Paru BTA positif
2. Tuberkulosis Paru BTA negative
B.      Pencegahan Penyakit TB Paru
a. Promotif
1. Penyuluhan kepada masyarakat apa itu TB
2. Pemberitahuan baik melalui spanduk/iklan tentang bahaya TB, cara
    penularan, cara pencegahan, faktor resiko
3. Mensosialisasiklan BCG di masyarakat.
b. Preventif
1. Vaksinasi BCG
2. Menggunakan isoniazid (INH)
3. Membersihkan lingkungan dari tempat yang kotor dan lembab.
4. Bila ada gejala-gejala TBC segera ke Puskesmas/RS, agar dapat diketahui
    secara dini
C.      Tindak Lanjut Penyakit TB Paru

Saat ini telah dapat dilakukan pengobatan TB secara efektif dan dalam waktu yang relatif singkat. Program pengobatan tersebut dikenal dengan nama DOTS (Direct Observed Treatment Shortcourse). Obat yang digunakan adalah kombinasi dari Rifampicin, Isoniazid, Pyrazinamid, Ethambutol, dan Streptomycin. Pengobatan dilakukan dalam waktu 6-8 bulan secara intensif dengan diawasi seorang PMO (Pengawas Menelan Obat) untuk meningkatkan ketaatan penderita dalam minum obat.


Lia Lestari Siahaan
NIM. E2A009066
Reguler1
Fak. Kesehatan Masyarakat

MALARIA

A. Penyelidikan Penyakit Malaria
Penyakit malaria adalah sutu jenis penyakit menular yang disebabkan suatu agent tertentu yang infektif  (parasit Plasmodium) dengan perantaraan suatu vektor (nyamuk Anopheles) dapat disebarkan dari sumber infeksi kepada host (manusia susceptible).
Penyakit malaria dikenal secara umum adalah malaria klinis, yaitu penyakit malaria yang ditemukan berdasarkan gejala klinis dengan gejala utama adalah demam, menggigil secara berkala dan sakit kepala. Dalam keadaan menahun gejala disertai pembesaran limfa, pada malaria berat gejala di atas disertai kejang-kejang dan penurunan kesadaran hingga koma.
Epidemiologi penyakit malaria adalah ilmu yang mempelajari tentang penyebaran malaria, faktor-faktor yang mempengaruhi dalam masyarakat. Dalam epidemiologi malaria ada 3 faktor yang harus selalu diperhatikan dan diselidiki hubungannya yaitu host (manusia dan nyamuk), agent (penyebab penyakit), dan environment (lingkungan). Manusia disebut host intermediate, dimana siklus aseksual parasit malaria terjadi, dan nyamuk malaria disebut host defenitive dimana siklus malaria berlangsung.
-          Host (pejamu)
Dalam penularan yang terjadi pada penyakit malaria ada 2 jenis yaitu manusia dan nyamuk Anopheles, dijelaskan sebagai berikut:
a.      Manusia
Faktor-faktor yang mempengaruhi penularan penyakit pada manusia adalah:
·         Usia: anak-anak lebih rentan terhadap infeksi malaria dibandingkan orang dewasa
·         Jenis kelamin: proporsi penduduk yang meninggal akibat malaria sekitar 11 orang laki-laki dan wanita 8 orang per 100.000 penduduk
·         Ras: beberapa ras manusia atau kelompok penduduk mempunyai kekebalan alamiah terhadap malaria,  misalnya penderita “sickle cell anemia” yaitu suatu kelainan dimana sel darah merah penderita berubah bentuk mirip arit
·         Riwayat malaria sebelumnya: orang yang terinfeksi malaria sebelumnya akan terbentuk imunitas, sehingga tahan lebih lamaterhadap infeksi malaria, contoh penduduk asli daerah endemik akan lebih tahan bila dibandingkan dengan transmigran yang datang dari daerah non endemis.
·         Sosial budaya/ cara hidup: cara hidup sangat berpengaruh terhadap penularan malaria, misalnya tidur tidak memakai kelambu dan senang berada di luar rumah pada malam hari tanpa memakai baju tertutup
·         Sosial ekonomi: keadaan sosial ekonomi masyarakat di daerah endemis  malaria erat hubungannya dengan infeksi malaria
b.      Nyamuk Anopheles spp
Hanya nyamuk Anopheles betina yang menghisap darah, yang diperlukan untuk pertumbuhan telurnya. Beberapa perilaku nyamuk yang penting diketahui yaitu:
·         Tempat istirahat/hinggap
-          Eksofilik: nyamuk lebih suka istirahat/hinggap di luar rumah
-          Endofilik: nyamuk lebih suka istirahat/hinggap di dalam rumah
·         Tempat menggigit
-          Eksofagik: lebih suka mengigit di luar rumah
-          Endofagik: lebih suka mengigit di dalam rumah
·         Objek yang digigit
-          Antrofilik: lebih suka menggigit manusia
-          Zoofilik: lebih suka menggigit hewan

-       Agent (penyebab)
Agent adalah plasmodium penyebab penyakit malaria, yang berkembang dan bertambah banyak dalam tubuh nyamuk, yang kemudian ditularkan ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk tersebut.

-       Environment (lingkungan)
Environment adalah lingkungan dimana manusia dan nyamuk berada. Nyamuk berkembang biak dengan baik bila lingkungan sesuai yang dibutuhkan oleh nyamuk berkembang biak.
      Faktor lingkungan dapat dikelompokkan 4 kelompok yaitu:
a.      Lingkungan fisik
·         Suhu udara
Suhu sangat mempengaruhi panjang pendeknya siklus sporogoni atau masa inkubasi ekstrinsik. Makin tinggi suhu makin pendek masa inkubasi ekstrinsik, dan sebaliknya makin rendah suhu makin panjang masa inkubasi ekstrinsik. Masa inkubasi ekstrinsik adalah masa berlangsungnya siklus sporogoni untuk menghasilkan sporosoit yaitu bentuk parasit yang siap untuk ditularkan ke badan manusia
·         Kelembaban udara
Kelembaban yang rendah memperpendek umur nyamuk Anopheles spp. Kelembaban 63% adalah angka terendah yang memungkinkan adanya penularan, kecepatan berkembang biak, kebiasaan menggigit dari nyamuk
·         Hujan
Hujan mempengaruhi perkembangan jentik nyamuk menjadi dewasa. Hal ini tergantung pada curah hujan, jumlah hari hujan, jenis vektor, dan perindukannya. Hujan yang diselingi panas akan memperbesar kemungkinan berkembang biaknya nyamuk Anopheles spp.
·         Angin
Kecepatan angin pada saat matahari terbit dan terbenam merupakan saat terbang nyamuk ke dalam atau ke luar rumah, adalah salah satu faktor yang ikut menentukan jumlah kontak antara manusia dan nyamuk. Jarak terbang nyamuk dapat diperpanjang atau diperpendek tergantung arah angin.

·         Sinar matahari
Pengaruh sinar matahari terhadap pertumbuhan larva nyamuk berbeda-beda. Anopheles sundaicus lebih suka tempat teduh, sebaliknya Anopheles hyrcanus lebih menyukai tempat yang terbuka
·         Arus air
Anopheles barbirostis menyukai tempat perindukan yang airnya statis atau mengalir sedikit. Anopheles minimus menyukai tempat perindukan yang aliran airnya cukup deras dan Anopheles letifer di tempat air tergenang
b.      Lingkungan kimiawi
Pengaruh lingkungan kimia adalah kadar garam dari tempat perindukan, contoh Anopheles sundaicus tumbuh optimal di air payau dengan kadar garam antara 12-18% dan tidak dapat berkembang biak pada kadar garam >40%
c.       Lingkungan Biotok (Flora & Fauna)
Tumbuhan bakau, lumut, ganggang dan berbagai jenis tanaman lain dapat mempengaruhi jentik nyamuk, karena dapat menghalangi sinar matahari yang masuk atau melindungi dari serangan makhluk hidup  lain
            Adanya berbagai jenis ikan pemakan jentik seperti ikan kepala timah, gambusia, nila, mujair akan mempengaruhi populasi nyamuk di suatu daerah
            Selain itu serangga air seperti Dytiscidae, Belostoma sp, dan Epherepmotera terbukti dapat mengurangi jantik nyamuk Anopheles spp
d.      Lingkungan sosial budaya
Faktor lingkungan sosial budaya setempat juga mempengaruhi besar kecilnya kontak manusia dengan vektor.
            Kebiasaan untuk berada di luar rumah sampai larut malam, dimana vektor lebih bersifat eksofilik dan eksofagik akan memperbesar jumlah gigitan nyamuk. Penggunaan kelambu, kawat kasa pada rumah dan penggunaan zat penolak yang intensitasnya berbeda sesuai dengan perbedaan status sosial masyarakat, akan mempengaruhi angka kesakitan malaria
            Akibat perubahan lingkungan yang kian cepat, memungkinkan timbulnya perindukan buatan manusia sendiri (man made breeding place). Pembangunan jalan dan pembukaan tempat pemukiman baru adalah contoh kegiatan pembangunan yang menimbulkan perubahan lingkungan dan menguntungkan bagi nyamuk malaria
1.      Penyebab
Penyebab malaria di Indonesia saat ini ada 4 macam Plasmodium dan gejala yang ditimbulkan adalah sebagai berikut:
1.      Plasmoduim falcifarum, memberikan banyak komplikasi mempunyai gejala yang paling berat, masa infeksi dan inkubasi yang paling pendek, mudah resisten dengan  penngobatan dan memyebabkan malaria tropika (demam tiap 24-48 jam)
2.      Plasmodium vivax, pada umumnya mempunyai gejala yang ringan dan masa inkubasi yang pendek, merupakan infeksi yang paling sering dan menyebabkan malaria tertiana (demam tiap hari ketiga)
3.      Plasmodium malariae, dapat menimbulkan sindroma nerfotik dan memyebabkan malaria kuartana (demam tiap hari keemapt)
4.      Plasmodium ovale, memberikan infeksi yang paling ringan dan sering sembuh sendiri tanpa pengobatan, menyebabkan malaria ovale
Seorang penderita dapat ditulari oleh lebih dari satu jenis plasmodium, infeksi semacam ini disebut infeksi campuran (mixed infection). Tetapi umumnya paling banyak 2 parasit, yaitu campuran antara Plasmodium falcifarum dengan Plasmodium vivax atau Plasmodium malariae
2.      Cara Penularan
1.      Penularan secara alamiah
Jika nyamuk Anopheles menggigit orang sakit malaria maka parasir akan ikut terhisap bersama darah penderita. Dalam tubuh nyamuk tersebut parasit akan berkembang dan bertambah banyak kemudian bila menggit orang lain maka parasit ditularkan lagi pada orang tersebut


2.      Penularan yang tidak alamiah
a.     malaria bawaan
Terjadi pada bayi yang dilahirkan oleh ibu penderita penyakit malaria melalui tali pusat.
b.    Secara mekanik
Terjadi melalui jarum suntik atau tranfusi darah. Penularan melalui jarum suntik terjadi pada orang morfinis yang menggunakan jarum suntik yang tidak steril
c.     Secara oral (melalui mulut)
Cara penularan ini pernah dibuktikan pada burung dara, ayan dan monyet
B.     Pencegahan Penyakit Malaria
Tindakan-tindakan Pencegahan:
1.      Usahakan tidur dengan kelambu, memberi kawat kasa, memakai obat nyamuk bakar, menyemprot ruang tidur, dan tindakan lain untuk mencegah nyamuk berkembang di rumah.
2.      Usaha pengobatan pencegahan secara berkala, terutama di daerah endemis malaria.
3.      Menjaga kebersihan lingkungan dengan membersihkan ruang tidur, semak-semak sekitar rumah, genangan air, dan kandang-kandang ternak.
4.      Memperbanyak jumlah ternak seperti sapi, kerbau, kambing, kelinci dengan menempatkan mereka di luar rumah di dekat tempat nyamuk bertelur.
5.      Memelihara ikan pada air yang tergenang, seperti kolam, sawah dan parit. Atau dengan memberi sedikit minyak pada air yang tergenang.
6.      Menanam padi secara serempak atau diselingi dengan tanaman kering atau pengeringan sawah secara berkala
7.      Menyemprot rumah dengan DDT.

C.    Tindak Lanjut Penyakit Malaria
1.      Pemberantasan malaria
Penanggulangan malaria seharusnya ditujukan untuk memutuskan rantai antara host, agent dan environment. Pemutusan rantai penularan ini harus ditujukan pada sasaran yang tepat, yaitu:
a.      Pemberantasan vektor
Penanggulangan vektor dilakukan dengan cara membunuh nyamuk dewasa (penyemprotan rumah dengan insektisida). Dengan dibunuhnya nyamuk maka parasit yang ada dalam tubuh pertumbyhannya tidak sampai selesai sehingga penyebaran/transmisi penyakit dapat terputus.
            Demikian juga kegiatan anti jentik dapat mengurangi atau menghilangkan tempat-tempat perindukan, sehingga perkembangan jumlah (density) nyamuk dapat dikurangi dan akan berpengaruh terhadap terjadinya transmisi penyakit malaria
b.      Penemuan dan pengobatan malaria
·         Mencari penderita malaria
Salah satu cara memutuskan penyebaran penyakit malaria adalah dengan menemukan penderita sedini mungkin baik dilakukan secara aktif oleh petugas yang mengunjungi rumah secara teratur (Active Case Detection) maupun dilakukan secara pasif (Passive Case Detection) yaitu memeriksa semua pasien yang berkunjung ke Unit Pelayanan Kesehatan (UPK) baik swasta maupun pemerintah yang menunjukkan gejala malaria dan dilakukan pengambilan darah untuk diperiksa di laboratorium
·         Pengobatan penderita malaria
Beberapa cara dan jenis pengobatan terhadap tersangka atau penderita yaitu:
-          Pengobatan malaria klinis
Pengobatan diberikan berdasarkan gejala klinis dan bertujuan untuk menekan gejala klinis dan membunuh gamet untuk mencegah terjadinya penularan
-          Pengobatan radikal
Pengobatan diberikan dengan pemeriksaan laboratorium positif malaria
-          Pengobatan masal (Mass Drug Administration-MDA)
Pemberian pengobatan malaria klinis kepada semua penduduk di daerah KLB
-          Pengobatan kepada penderita demam (Mass Fever Treatment-MFT)




Lia Lestari Siahaan
NIM. E2A009066
Reguler1 2009
Fak. Kesehatan Masyarakat